Thursday, May 27, 2010

LAPORAN PRAKTIKUM ZOOTEKNIK

BAB I

PENDAHULUAN

Praktikum Zooteknik merupakan kewajiban semua mahasiswa yang mengambil study Diploma Kesehatan Hewan di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada. Praktikum ini merupakan acara yang bertujuan membuktikan teori yang didapat dalam kuliah, agar mahasiswa D3 ini benar-benar lulus sebagai ahli madya yang terampil.

Adapun serangkaian acara yang dilakukan meliputi :

1. Kebersihan Lingkungan

2. Kebersihan Kandang Ternak

3. Tafsiran Umur dan Berat Badan

4. Menejemen Susu dan Test Mastitis

5. Menejemen Rumput

6. Restrains dan Casting

Dari keenam praktikum, cara-cara untuk meningkatkan hasil produksi memerlukan metode khusus yang harus dilakukan. Metode ini sangat berguna untuk pemeliharaan atau perawatan hawan, baik hewan kecil maupun hewan besar, perawatan hijauan makanan ternak, penanganan produksi ternak, serta perlakuan yang bersangkutan dangan kesehatan ternak itu sendiri.

BAB II

TUJUAN PRAKTIKUM

A. Kebersihan Lingkungan

1. Menjaga kebersihan bangunan supaya makhluk hidup yang berada didalamnya senantiasa sehat

2. Mengetahui dan memahami management peletakan kandang yang baik

3. Menjaga kebersihan lingkungan bangunan sesuai dengan urutan prioritas kebersihan peternakan

4. Menjaga lingkungan dari polusi

B. Kebersihan Kandang Ternak

1. Mengetahui tatacara dan manfaat dalam membersihkan kandang dan ternak

2. Menjaga kesehatan ternak untuk menunjang produktifitas ternak agar dalam kondisi yang stabil

5. Menjaga produktifitas dan kualitas susu agar tetap terjaga dalam kondisi yang bersih

6. Menjaga ternak dari berbagai macam penyakit yang disebabkan karena kondisi tempat makan maupun minum yang kotor

7. Mengetahui syarat-syarat pokok pembuatan kandang yang baik dan benar

C. Tafsiran Umur dan Berat Badan

1. Untuk mengetahui umur ternak dengan tafsiran

2. Untuk mengetahui berat badan ternak dengan menggunakan alat bantu sederhana

D. Menejemen Susu dan Test Mastitis

1. Untuk mengetahui cara-cara pemerahan susu yang baik

2. Untuk mempelajari cara-cara mengetahui kandungan penyakit yang ada didalam air susu, seperti mastitis

E. Menejemen Rumput

1. Membudidayakan makanan hijauan bagi ternak.

2. Menghasilkan rumput sebagai makanan ternak dengan kandungan gizi yang baik dan ekonomis sehingga meningkatkan produksi dari ternak itu sendiri.

3. Untuk mengetahui tata cara penanaman, pemeliharaan bibit, pemupukan, pengairan, pemanenan dan penyiangan gulma.

4. Untuk memasok pakan ternak dalam rangka meningkatkan produksi ternak.

F. Restrains dan Casting

1. Dapat mengetahui dan menguasai cara-cara merestrain ataupun mengcasting hewan

2. Mempraktekkan teori restrain dan casting yang telah diberikan agar lebih mengerti dan trampil

3. Dapat melakukan restrain dan casting secara benar dan tepat sehingga tidak membahayakan bagi pelaku maupun hewan yang dijadikan obyeknya

BAB III

DASAR TEORI

A. Kebersihan Lingkungan

Lingkungan sudah semestinya dijaga kebersihannya agar supaya makhluk hidup yang berada didalamnya senantiasa sehat. Oleh karena itu, lingkungan dalam arti luas harus diusahakan bebas dari polusi.

1. Perataan peletakan kandang

Tata letak kandang harus diperhatikan untuk menjaga kondisi hewan ternak yang berada didalamnya supaya sehat. Mulai dari kondisi lahan, sumber air, jalur jalan, kantor gudang, kamar susu, dapur, kandang anakan, kandang produksi, kandang pejantan, kandang beranak dan kandang karantina. Semua bangunan tersebut perlu dipertimbangkan letaknya dan disesuaikan dengan kemiringan lahan maupun jaraknya.

2. Kebersihan masing-masing bangunan

Kebersihan disetiap bangunan perlu adanya perhatian khusus dengan skala prioritas sesuai dengan tujuan dari peternakan tersebut, kesediaan anggaran dan tenaga yang ada.

3. Kebersihan lingkungan bangunan

Lingkungan bangunan kandang kamar susu, gudang dan seterusnya sesuai dengan prioritas kebersihan peternakan. Dengan kebersihan yang terjaga maka produksi dari peternakan tersebut diharapkan menjaid optimal.

B. Kebersihan Kandang Ternak

Kebersihan kandang ternak sangat perlu diperhatikan dan kita harus menjaganya semaksimal mungkin agar tercipta suasana yang nyaman, bersih, sehat, aman dan terjaga. Khusus pada ternak perah, kebersihan sangat baku karena sekecil apapun dari pencemaran dapat mempengaruhi kualitas produksinya. Kebersihan kandang akan mempengaruhi kebersihan ternak dan erat kaitannya dengan kesehatan dan mutu produksinya.

1. Kebersihan kandang

· Kebersihan tempat pakan

Tempat pakan diusahakan selalu terjamin kebersihannya dari pencemaran kotoran maupun dari sisa makanan basi hal ini perlu diperhatikan terutama tempat yang permanen

· Kebersihan tempat minum

Harus bersih dan airnya harus segar, hal ini menghindari pertumbuhan lumut maupun kutu air. Air minum yang kotor maupun bau dapat menyebabkan kembung atau penyakit lain

· Kebersihan dinding serta bagian kandang yang lain juga diperhatikan karena bila kotor akan menjadi sarang penyakit

· Kebersihan lantai kandang perlu perhatian terutama untuk sapi perah, sebab bila kotor dan becek akan mengotori puting susu dan dapat terinfeksi

2. Kebersihan ternak

Sebaiknya tubuh ternak selalu bersih dari kotoran, terutama ternak perah. Hal ini berhubungan dengan produknya berupa air susu yang sangan rentan terhadap pencemaran. Daerah yang perlu dibersihkan adalah di sekitar pantat, ekor, kelamin dan terutama daerah sekitar ambing bagi sapi perah, untuk menjaga kualitas susu.

Kebersihan kaki dan tracak termasuk kuku kaki selalu harus dijaga. Tracak yang kotor dapat dimasuki kutu air yang dapat menyebabkan peradanga dan kepincangan. Ternak yang terganggu berdirinya karena pincang akan terganggu kesehatannya, makannya, pencernaannya dan akan berakibat turunnya produksi.

C. Tafsiran Umur dan Berat Badan

1. Tafsiran umur

a. Melihat dari akta kelahiran

Cara ini merupakan yang paling akurat dan diyakini kebenaranya karena umurnya sudah jelas tanggal lahirnya.

b. Banyaknya keausan gigi

banyaknya keausan gigi merupakan pertanda bahwa hewan ternak itu semakin tua

c. Pergantian bulu

Pergantian bulu terjadi apabila masih muda dan masih dewasa

d. Kekeringan tali pusar

Semakin kering tali pusar pertanda bahwa hewan tersebut semakin tua

e. Dengan melihat cincin lingkar tanduk

Tafsiran dengan metode lingkaran tanduk hanya dapat digunakan pada sapi dewasa, maka perlu dilengkapi dengan tafsiran metode gigi sapi. Prinsip dalam menafsir umur dengan melihat cincin tanduk :

· Pada sapi betina : normalnya sapi betina beranak 1 tahun sekali, sehingga kita dapat menafsir umur dengan menghitung jumlah lingkar tanduk ditambah 4 tahun

· Pada sapi jantan dapat dihitung jumlah lingkar tanduk ditambah 5 tahun

2. Tafsiran Berat Badan

Berat badan dapat dihitung berdasarkan panjang dan lingkar dada

· Lingkar dada dihitung melingkari dada pada sternum 3-4 dibelakang siku kaki depan

· Panjang badan dihitung dari scapula sampai coxae

· Rumus shelfer berat badan ( W ) adalah :

L x G

300

W : berat badan ( Kg )

G : lingkaran dada ( inchi )

L : panjang badan ( inchi )

· Rumus lambaurne berat badan ( W ) adalah :

L x G²

10.840

W : berat badan ( Kg )

G : lingkar dada (inchi)

L : panjang badan (inchi)

· Rumus school berat badan adalah :

(L x 22)²

100

W : Berat badan (kg)

L : panjang badan (inchi)

D. Menejemen Susu dan Test Mastitis

1. Menejemen Susu

· Persiapan

Sapi yang hendak diperah harus dalam keadaan tenang, untuk itu sebaiknya diberi makan terlebih dahulu dan dicegah kedaan gaduh disekitarnya. Persiapan dapat pula dilakukan dengan mengikat sapi lebih ketat agar sapi diam ketika sedang diperah. Bagi pemerah, hendaklah membersihkan tangan terlebih dahulu sampai bersih dan mempersiapkan alat-alat untuk memerah, seperti ember, minyak kelapa dan lain-lain.

· Pembersihan

Pembersihan meliputi pembersihan sapi dan sekitar kandang, ketika akan dilakukan pemerahan tempat sapi harus bersih. Sebab air susu mudah menyerap bau-bauan yang dapat menurunkan kualitas air susu. Pembersihan sapi dilakukan dengan memandikan sapi atau membersihkan bagian ekor, ambing, perut, dan bagian kaki belakang sapi.

· Pemerahan

Sebelum melakukan pemerahan, sebaiknya ekor sapi diikat untuk menghindari masuknya kotoran saat sapi mengibaskan ekornya. Olesi puting dan tangan dengan minyak kelapa untuk menghindari luka pada puting saat pemerahan. Memulai pemerahan fiksir pangkal puting dengan melingkarkan jari telunjuk berpangkal puting dan tekan sampai kertas atau tempat tersebut diantara ujung ibu jari yangdilipat dengan jari telunjuk, tekanlah bagian bawah puting dengan tiga jari lainya bebas, maka susu akan memancar, lakukan test mastitis pada pancaran pertama, kedua pada susu perahan tersebut, arahkan pancarab selanjutnya keember susu. Setelah selesai memerah, celupkan puting kedalam cairan antiseptik, alkhohol 70% untuk mencegah penyakit seperti mastitis.

· Penakaran

Setelah susu selesai diperah, masukan kedalam kaleng susu dengan disaring memakai kain saring yang menggunakan gelas ukur per liter. Catatlah produksi susu sehari untuk tiap ekor sapi agar diketahui produktifitas sapi tersebut.

· Pengemasan

Pengemasan susu dilakukan dengan menggunakan plastik, diikat dan dieratkan. Susu segar yang bersi dapat bertahan pada suhu kamar selama 12 jam setelah dikemas.

2. Test Mastitis

Air susu dapat dikonsumsi secara teratur langsung ataupun dilakukan proses pasturisasi terlebih dahulu. Pengujian air susu segar ditinjau dari :

- Segi fisik, warna, bau, dan rasa

- Segi kimiawai asam dan basa

- Segi microbialis, dengan uji matilen blue

Susu yang berkualitas adalah susu yang memenuhi syarat pengujian mutu diatas, yaitu berwarna putih, tidak terlalu kental atau tidak terlalu encer, bau tidak anyer atau basi, rasa agak hambar yaitu tidak asam maupun pahit, tidak mengandung bibit penyakit yang berbahaya, tidak berbau dan sebagainya.

Test mastitis dilakukan dengan menggunakan alkohol atau CMT. Air susu pancaran pertama dan kedua ditampung dalam cawan, lalu ditetesi alkhohol atau CMT pada ambing, bila terjadi penjendalan ada kemungkinan :

- Sapi mengalami infeksi pada ambing

- Sapi kekurangan makanan

- Kadar Ca susu berlebihan

Macam-macam mastitis :

· Mastitis cronis

- sering menyerang sapi yang lebih tua

- dari luar tidak kelihatan kalau sapi terserang penyakit mastitis

· Mastitis akud

Pengobatan pada penyakit mastitis :

· mastitis akud

Suntikan procanpinicilitin pada hiyoroftroptynonya 200 ml berat badan tiap hari.

· Sulfanitrazing 120 mg per berat badan ( malalui mulut ) dilanjutkan dengan 60 mg oxytetracidinx mastiti oement

Pencgahan mastitis dilakukan dengan cara :

· Menjaga kebersihan kandang ternak dan peralatan kandang

· Mencuci tangan sampai bersih ketika akan memerah dan diolesi minyak untuk mencegah luka pada ambing

· Pemerah tidak memakai cincin saat memerah

· Sapi dalam keadaan sehat tenang

· Kuku pemerah harus pendek, agar tidak melukai ambing saat memerah

· Sapi diberi makan yang cukup agar kesehatanya baik sehingga tidak mudah terserang penyakit

E. Menejemen Rumput

1. Persiapan Lahan

Lahan yang akan dijadikan lahan tanam harus dibersihkan terlebih dahulu pohon-pohon atau tumbuh-tumbuhan lain yang tumbuh liar dengan cara dibabat, dikeringkan dan di bakar. Batu-batu yang berserakan di kumpulkan/di singkirkan dari lahan. Kemudian lahan dikur dan dipersiapan pengolahannya secara teratur.

2. Pengolahan Lahan

Pengolahan lahan dilakukan dengan menggunakan alat-alat seperti tractor, cangkul, sabit dll. Setelah tanah di cangkul/digemburkan, lalu di beri pupuk organic, kemudian diadakan penggarukan agar pupuk bisa bercampur dengan tanah. Lahan dibuat gundukan, selanjutnya di tanami rumput dan leguminosa secara selang-seling agar dapat terkombinasi dengan baik dengan jumlah jalur leguminasa 40% dari keseluruhan lahan.

3. Penanaman Hijauan Pakan

Penanaman dapat dengan cara vegetatif (stek/rizoma) ataupun dengan cara genetatif yaitu menggunakan biji. Waktu tanam yang baik yaitu pada awal musim penghijauan dan sebaiknya penanaman tidak dilakukan pada musim kemarau, namun jika ada sumber air yang memadai maka penanaman boleh saja dilakukan.

Untuk penanaman rumput dengan pola stek/rizoma akan bersemi sekitar 10 hari sedangkan penanaman rumput dengan biji membutuhkan waktu 25-30 hari. Bila penanaman rumput menggunakan sisitem sobekan, sebaiknya daunnya dihilangkan atau tinggal batangnya saja yang di tancapkan dengan ukuran tertentu.

4. Perawatan Tanaman

· Penyiangan

Dilakukan pada usia 1-1,5 bulan untuk meningkatkan perkembangan meskipun tanaman telah menutupi tanah.namun penyiangan terhadap rumput-rumput pengganggu(gulma)harus tetap dilakukan.

· Penyulaman

Pada tanaman yang mati, penyulaman harus dilakukan secepatnya agar tidak kalah bersaing dengan tumbuhan lainnya.

· Penggemburan tanah

Penggemburan tanah dilakukan dengan alat yaitu luku,cangkul dll.hal ini dilakukan untuk mempercepat pertumbuhan fegetatif dari tanaman,agar akar-akar tanaman dapat mengambil zat-zat makanan secara leluasa.

· Pemupukan

Dilakukan dengan cara di taburkan di di sekitar tanaman, dilakukan pada musim penghujan atau pupuk di masukkan ke dalam tanah yang telah di lubangi kemudian di tutup kembali.

5. Spesies Dari HMT

· Gramineae

Didaerah sub tropis, lambat menjadi tua (nutrisinya lebih tinggi), sedangkan yang tumbuh di daerah tropis akan cepat menua (lebih berserat dan sedikit nutrisinya).

· Legumminaceae/Kacang-kacangan

Memiliki kandungan nutrisi yang lebih tinggi,dan juga mengandung banyak mineral (Ca, F, Mg, Co, Cu). Namun nilai nutrisi turun seiring bertambahnya umur.

· Saccharum

Pupuk daun tebu (Saccharum oficinarum) digunakan untuk hijauan pakan ternak, namun kandungan nutrisinya masih di bawah yang lain.

· Hay/Hijauan Kering

Adalah pakan hijauan yang dilewati secara tradisional dengan cara dikeringkan dengan sinar matahari. Tujuannya membuat Hay adalah untuk persediaan pada waktu kemarau, didaerah yang kurang curah hujannya. Hal ini dilakukan agar tidak tumbuh mikro organisme pembusuk dan juga munculnya jamur.

6. Konsentrat

Pakan ternak yang berasal dari biji-bijian atau dari hasil sampingan dari produk pertanian missal: Bungkil kacang, bungkil kedelai, bungkil kelapa, dedak padi, ampas tahu dll biasanya kansentrat berprotein tinggi (Sekitar 300-500 gr/kg)

7. Jenis-Jenis Rumput Unggul

· Rumput Gajah (Penisetum purpuirum)

· Rumput Benggala (Panicum maximum)

· Rumput Australia (Paspalum dilatatum)

· Rumput Padi (Setaria sphcelata)

· Rumput Maxico (Euchcaera maxican)

F. Restrains dan Casting

Restrain adalah menghalangi gerak/aksi dari hewan sapi sehingga dapat menghindari/mengurangi bahaya untuk dokter hewan, asisten maupun sapi itu sendiri. Bahaya tersebut dapat berupa sepakan, desakan, injakan dari sapi pada waktu sapi akan diperiksa kesehatannya, dilakukan pemeriksaan, pengobatan, dioperasi, dibersihkan, maupun pada waktu akan diperah. Bahaya atau resiko untuk sapinya sendiri dapat berupa luka benturan karena sepakan yang mengenai dinding kandang yang tajam atau keras seperti paku, potongan kayu dan lain sebagainya yang dapat menyebabkan luka memar atau tergores dan pendarahan sampai patah tulang.

Metode restrain ada bermacam-macam dan sangat tergantung pada cara penanganan yang baik adalah penanganan yang lembut tetapi tegas. Dalam melakukan restrain haruslah tenang, percaya pada kemampuan, tidak ragi-ragu, waspada, dan tidak sembarangan. Sebelum bertindak haruslah merencanakan metodenya serta menyiapkan peralatannya.

Restrain untuk mengalihkan perhatian sapi disini dilakukan tindakan atas perlakuan pada sapi sampai menimbulkan rasa sakit yang bersifat sementara sehingga perhatian sapi mengarah pada rasa sakit tersebut dan selama itu tindakan pengobatan dan pemeriksaan dapat dilakukan.

Macam-macam restrain:

1. Restrain ekor

2. Restrain hidung

3. Restrain telinga

4. Restrain kaki depan

5. Restrain kaki belakang

6. Restrain kastrasi

7. Restrain dekorning

Casting adalah menguasai hewan dengan cara merebahkan hewan tersebut.

Syarat-ayarat melakukan casting adalah:

· Berhati-hati, jangan sampai melukai sapi

· Tempat cukup lapang, rata, empuk, dan jauh dari pepohonan, tembok, batu/benda lain yang membahayakan. Alas dibuat dari jerami kering/rumputyang kering, usahakan di tempat yang teduh.

· Tali yang digunakan cukup besar dan panjang kurang lebih 10 m

· Sediakan tenaga manusia 4-5 orang, satu untuk mengarahkan jatuhnya sapi, sedangkan yang lain sebagai penarik tali

· Setelah sapi rebah, cepat dikuasai agar tidak berusaha berdiri kembali

· Pada sapi bunting sebaiknya jangan dilakukan

BAB IV

MATERI

A. Kebersihan Lingkungan

- Kandang kambing - Sekop

- Sapu lidi - Gerobak

B. Kebersihan Kandang Ternak

- Alat tulis - Meteran

- Selang ­- Kandang sapi

- Sekop - Sapi dan kambing

- Sikat - Air

C. Tafsiran Umur dan Berat Badan

- Alat tulis - Preparat mati (kuda dan sapi)

- Meteran - Preparat hidup (sapi dan kambing)

D. Menejemen Susu dan Test Mastitis

- Cawan dengan dasar hitam - Air

- C M T (California Mastitis Test) - Air susu sapi yang masih segar

- Tabung reaksi - Alkohol

- Ember - Minyak goreng

E. Menejemen Rumput

- Sabit - Bibit

- Cangkul - Pupuk Urea

- Sendok - Lahan

- Ember - Timbangan

F. Restrains dan Casting

- Tali untuk keluh - Sapi dan kambing

- Tali besar untuk casting - Penusuk lubang keluh

BAB V

METODE

A. Kebersihan Lingkungan

1. Bersihkan kandang kambing dan saluran air dari kotoran dan bekas pakan dengan menggunaan sapu lidi

2. Kotoran dijadikan pupuk dan bekas pakan yang masih kering dibakar

B. Kebersihan Kandang Ternak

1. Mengukur panjang dan lebar kandang kambing menggunakan meteran bangunan.

2. Mengukur tinggi kandang kambing menggunakan meteran bangunan.

3. Mengukur tinggi antara tanah dengan lantai kandang pada tipe kandang panggung untuk kambing.

4. Mengukur tempat makan dan tempat minum pada kandang kambing.

5. Mengukur celah lantai pada kandang kambing tipe panggung.

6. Mengukur antara sekat kandang, tinggi panggung.

7. Melakukan tindakan yang sama pada no.1-5 untuk kandang sapi.

8. Mengukur panjang dan lebar tempat-tempat tambahan seperti gudang, kandang pedet dll

9. Memandikan sapi dan kambing menggunakan air dan sikat

10. Membersihkan kotoran sapi

C. Tafsiran Umur dan Berat Badan

1. Melihat keausan gigi seri pada preparat yang telah mati

2. Melihat gigi seri pada sapi yang masih hidup dengan terlebih dahulu mengeluarkan lidahnya dengan cara mengambilnya dari margo inalveilorales pada mandibulanya

3. Melihat gigi seri pada kambing dengan menjepit kambing dengan menggunakan kedua kaki (posisi manusia di atas kambing)

4. Mengukur berat badan pada sapi : ukur panjang badannya mulai dari pangkal cervix sampai akhir sacral, ukur lingkar dadanya tepat dibelakang scapula

D. Menejemen Susu dan Test Mastitis

1. CMT

Ada empat cawan, dengan A untuk puting kiri depan, B puting kiri belakang, C puting kanan depan, D puting kanan belakang. Kemudian ditambahkan CMT kedalam susu dan susu diamati. Bila susu berubah warna menjadi ungu kemungkinan sapi terkena mastitis

2. Cawan dasar hitam

Berikan perasan susu sekitar 2-3 perasan, goyang-goyangkan perlahan. Apabila terjadi penjendalan seperti pasir maka susu terkena mastitis.

3. Tabung reaksi

Berikan susu secukupnya dan campur dengan alkohol. Kocok tabung tersebut, apabila ada penjendalan seperti pada cawan dasar hitam, maka susu terkena mastitis.

E. Menejemen Rumput

1. Mencangkul/membersihkan rumput yang tumbuh liar di saluran irigasi/selokan.

2. Mengalirkan air yang tersumbat oleh rumput.

3. Membuat gundukan tanah pada lahan yang datar/miring agar air yang ada di irigasi atau selukan bisa terserap oleh gundukan tanah.

4. Menebas dengan sabit rumput-rumput yang tebal atau tumbuh dengan liar.

5. Merapikan lahan dengan cangkul atau sabit.

6. Membuat lubang dengan cangkul pada gundukan tanah supaya mempermudah penanaman atau penancapan bibit dan kemudian di timbun kembali secara perlahan.

7. Penanaman atau penancapan bibit dilakukan dengan susunan berbanjar agar penanaman bibit terlihat rapi.

8. Dilakukan pemupukan diantara selah-selah atau di tengah-tengah rumput pertama dan kedua serta rumput yang satu dengan yang lain.

9. Pupuk ditakar pada saat pemupukan,dengan takaran 2 sendok makan untuk rumput yang besar dan 1 sendok makan untuk rumput yang kecil.

10. Pemanenan dengan menebas rumput yang sudah siap panen menggunakan sabit sampai batang sebelum menyentuh tanah

F. Restrains dan Casting

1. Menyediakan tali yang akan digunakan.

2. Menyiapkan sapi yang akan dipakai untuk percobaan.

3. Sapi dituntun dengan memegang tali keluh kemudian ditali atau diikat di tiang penyangga.

4. Mengalihkan perhatian sapi untuk mengangkat kaki depan yang akan dilakukan pemeriksaan atau pengobatan.

5. Merestrain kambing dengan terlebih dulu memegang tendo achilles sebelah kaki kiri, kemudian kepala kambing dibelokkan menghadap samping berlawanan dengan perestrain. Tangan kanan memegang kaki belakang sebelah kiri dan tangan kiri memegan kaki depan sebelah kiri juga melewati arah samping kanan kambing. Mundur satu langkah dan rebahkan kambing.

6. Selanjutnya merobohkan sapi pedet yang berumur enam bulan, caranya memasang tali tali tambang yang agak besar dan panjang pada badannya, perebahan pada pedet ini memerlukan tenaga orang sebanyak 2 atau 3 dan tarik, arah tarikan mengikuti arah gerak sapi. Setelah sapi jatuh satu orang menindih kepala sapi dan satu lagi menindih bahu sapi dan yang lain menarik tambang agar sapi tidak mudah bangun kembali.

  1. Setelah sapi pedet roboh barulah dilakukan pemasangan tali keluh dengan cara menusuk septum nasi dengan penusuk lubang teluh.
  2. Tali dimasukkan bersamaan dengan penusuk secara perlahan dan diikat pada sapi pedet.
  3. Setelah tali keluh dipasang tali yang diikat pada keempat kaki pedet dilepaskan secara perlahan kemudian pedet didirikan dan dibawa kembali ke kandang.

BAB VI

HASIL PRAKTIKUM

A. Kebersihan Lingkungan

· Kandang kambing (meliputi lantai dan saluran air) kelihatan lebih bersih dari sebelumnya

· Kotoran dan belas pakan yang menumpuk di sebelah depan kambing sudah habis dibersihkan

· Kotoran dan bekas pakan yang basah ditaruh dibelakang kandang ayam untuk dibuat pupuk

· Sisa pakan yang masih kering dibakar di sebelah selatan kandang kambing

B. Kebersihan Kandang Ternak

· Kandang kambing

Panjang keseluruhan : 9 m Lebar keseluruhan : 7,29 m Tinggi pagar : 1,15 m

Tempat makan P : 1,20 m L : 35 cm T : 30 cm

Tempat minum P : 1,20 m L : 35 cm T : 30 cm

Perkotak kandang P : 3 m L : 2,80m T : 1,15 m (pagar)

Rongga lantai Lebarnya : 1,5 cm Tinggi dari lantai keatap : 2,7 m

Lebar gang masuk : 1,55 m Tinggi dari tanah ke lantai panggung : 75 cm

· Kandang sapi

Panjang keseluruhan : 14 m Lebar keseluruhan : 8,21 m Tinggi keseluruhan : 2,76 m

Tempat pakan P : 80 cm L : 73 cm T : 47 cm

Tempat minum P : 40 cm L : 73 cm T : 47 cm

Dinding terbuat dari semen dengan ½ dan lantai terbuat dari semen

Tinggi dari lantai keatap : 2,30 m Tinggi gumbah : 70 cm

Kedalaman selokan : 25 cm Lebar : 55 cm

Dari tempat pakan ke selokan panjangnya : 1,93 m Lebar pintu/gang masuk : 2,65 m

C. Tafsiran Umur dan Berat Badan

· Preparat mati :

- Kuda : 14 tahun

- Sapi : 12 tahun

· Preparat hidup :

- Sapi : 1,5 tahun

- Kambing : 9 bulan

· Sapi desibell

G ( lingkar dada ) : 160 inchi

L ( panjang badan ) : 120 inchi

· Berat badannya :

- Metode shelfer

L x G = 160 x 120 = 64 kg

300 300

- Metode lambourne

L x G2 = 120 x 1602 = 283, 39 kg

10.840 10.840

- Metode schrool

( L + 22 )2 = (120 + 22 )2 = 201,64 kg

100 100

D. Menejemen Susu dan Test Mastitis

1. CMT : susu tidak terkena mastitis

2. Cawan dasar hitam : susu tidak terkena mastitis

3. Tabung reaksi : susu tidak terkena mastitis

E. Menejemen Rumput

· Lahan yang digunakan : ??

· Pupuk : 2 kg

· Bibit : ??

· Panen : 24 kg

F. Restrains dan Casting

· Sapi mudah diajak berjalan

· Sapi bisa diangkat kaki kanannya

· Restrain kambing sukses

· Sapi yang masih muda telah dipasangi tali keluh

BAB VII

PEMBAHASAN

A. Kebersihan Lingkungan

Secara umum kandang kambing dibersihkan lantainya dari kotoran-kotoran kambing dan bekas makanan ternak. Saluran air juga dibersihkan untuk mencegah terjadinya penyumbatan yang bisa menyebabkan ketidaknyamanan pada hewan ternak tersebut. Dalam pembersihan tersebut normal-normal saja, artinya tidak ada sesuatu yang mengindikasikan bahwa ada ternak yang sakit, misalnya mencret. Terlihat kandang tersebut sudah secara ruti dibersihkan.

Di depan kandang kambing tepatnya sebelah selatan tangga kandang, ada tumpukan kotoran kambing dan sisa makanan kambing yang bercampur menjadi satu. Kami pun membersihkannya dan memilahnya. Kotoran dan sisa pakan yang basah dipisahkan untuk dibuat pupuk, sedangkan pakan yang kering dibakar.

B. Kebersihan Kandang Ternak

Kami terlebih dahulu mengukur kandang sapi dan kambing beserta komponen-komponen yang lain yang meliputi tempat pakan, tempat minum, kandang pedet, dll. Untuk kandang kambing umumnya dibuat panggung dan diberi celah pada lantai agar kotoran dari kambing sendiri bisa langsung jatuh ke tanah. Dinding kandang kambing terbuat dari besi atau dibuat pagar dan juga kandang kambing dibuat perkotak untuk membagi kambing.setiap perkotak berisi 5-8 ekor. Kandang kambing berukuran Panjang 9 m, Tinggi 1,15 m, Lebar 7,29 m. Tinggi dari tanah kelantai pangguang mencapai 75 cm.

Dari study pustaka yang dilakukan, diperoleh bahwa untuk kandang sapi dengan jumlah sapi 16 ekor diperlukan kandang dengan ukuran Panjang 16 m, Tinggi 2,8 m Lebar 6,5 m. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan bahwa ukuran lahan yang tersedia,data yang diperoleh dari praktikum bahwa ukuran kandang sapi adalah Panjang 14 m, Tinggi 2,76 m, Lebar 8,21 m.

Perbedaan disini disebabkan ukuran lahan yang tersedia dan kelengkapan isi kandang, seperti tempat makan, tempat minum, gang dan sebagainya.

Lantai yang terbuat dari semen dimaksudkan agar lantai bisa padat, agar tidak menyusahkan sapi dalam berpijak sewaktu berada di kandang. Lantai yang terbuat dari semen juga memudahkan dalam pembersihan lantai lamtai kandang, karena lantai tidak menyerap air dan lantai tidak menjadi lembab. Lantai dari semen juga mudah kering karena bisa menyerap panas dengan baik, sehingga sehat untuk ternak. Lantai dari semen juga memiliki kelemahan yaitu mudah ditumbuhi lumut bila kebersihan kurang diperhatikan sehingga dapat membuat ternak tergelincir. Selokan dan gang merupakan bagian dari lantai kandang, selokan dan gang sebaiknya terbuat dari lantai semen. Selain karena lebih sehat juga lebih efisien dalam hal pembersihan dan tahan lebih lama karena bersifat permanen, tidak seperti lantai tanah atau jerami yang mudah rusak. Selokan berfunsi sebagai saluran kuluarnya air seni maupun kotoran ketika membersihkan kandang.

Pembersihan kotoran sapi dengan terlebih dahulu mengguyur lantai tempat sapi berpijak dengan menggunakan air dari selang, setelah banyak kotoran yang tertampung dalam saluran pembuangan, sekop digunakan untuk mempermudah aliran air dan kotoran menuju tempat pembuangan. Lantai kandang sapi terbuat dari semen yang dikasarkan, bertujuan untuk meminimalisir mungkin kelicinan yang disebabkan karena tumbuhnya lumut.

Tempat pakan tak luput dari pembersihan juga, terutama tempat air minum. Tempat air minum rentan ditumbuhi lumut dan menjadi sarang kutu air, maka sebisa mungkin setiap hari air diganti dan setiap minggu minimal dua kali membersihkan lumut yang tumbuh pada tempat air tersebut. Karena hal tersebut untuk mengurangi resiko sapi sakit diare misalnya.

Dalam memandikan sapi ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Untuk mempermudah dalam memandikan sapi, maka sapi harus dibiasakan dulu dengan air, dengan cara menyemprotkannya ke seluruh tubuhnya. Setelah mulai terbiasa maka kita akan lebih mudah memandikannya dan menyikatnya. Daerah-daerah yang dibersihkan terutama pada wilayah yang kotor seperti kelamin, bagian perut dan ambing serta kaki dan tracaknya. Daerah seperti kelamin, perut dan ambing harus dengan hati-hati karena merupakan daerah yang sensitif dan jangan menggunakan sikat (kecuali pada perut), cukup disemprot dengan air dan dibasuh menggunakan tangan. Untuk daerah kaki dan tracak juga harus bersih, mengingat lantai kandang tersebut selalu basah yang dikhawatirkan tracak sapi terseut sebagai sarang kutu air. Kutu air dapat menyebabkan iritasi maupun infeksi yang bisa mempengaruhi kesehatannya, pencernaannya dan makannya. Kambing juga dimandikan terutama pada bulu kambung karena bulunya bila terkena kotoran mudah lengket sehingga bulu akan tebal oleh kotoran.

C. Tafsiran Umur dan Berat Badan

Untuk mengetahui umur hewan ternak dengan cara melihat keausan gigi memang tidak sekonkrit apabila diketahui menggunakan akta kelahiran hewan tersebut, karena hanya sebuah perkiraan. Apabila tidak ada akta kelahiran, maka kita bisa memperkirakan umur hewan tersebut dengan melihat keausan gigi, jumlah cincin di tanduk, pergantian bulu dan kekeringan tali pusar. Tiga teori terakhir bukan cara yang efektif karena hasil perkiraan bisa meleset jauh, maka cara yang paling efektif adalah dengan melihat gigi serinya.

Untuk melihat gigi seri pada kuda yang masih hidup sangat sulit, tangan kita akan terancam tergigit karena kuda jantan mempunyai taring. Maka kami melihat pada preparat yang sudah mati. Pada preparat ini (kuda dan sapi), semua gigi telah aus, maka diperkirakan usia pada kuda tersebut adalah 14 tahun dan pada sapi 12 tahun.

Untuk melihat gigi seri pada sapi lebih mudah, karena sapi tidak mempunyai taring maka kita bisa memasukkan tangan ke mulut sapi untuk mengambil lidahnya melalui samping, tepat pada mandibula pars margo inalveolarisnya. Setelah liah terjulur kesamping, baru kita bisa leluasa memeriksa keausan giginya. Gigi sapi yang diperiksa tersebut mohkotanya menjadi kecil, kelihatan akar-akarnya, gigi keluar dari gusi dan gigi seolah-olah terlepas dari duduknya, keadaan tersebut diperkirakan umur sapi sekitar 1,5 tahun.

Untuk melihat gigi seri pada kambing tidak seperti metode yang diberikan pada sapi, karena kambing lebih kecil. Caranya adalah badan kambing kita jepit menggunakan kedua kaki kita, dengan posisi seperti kita menaiki kambing tersebut dan kita melihat gigi serinya lewat atas. Pada preparat ini menunjukkan bahwa gigi kambing tersebut masih berupa gigi susu, maka umurnya diperkirakan sekitar 9 bulan.

Dalam menggunakan tiga rumus diatas banyak terjadi perbedaan, untuk rumus Metode shelfer hasilnya adalah 64 kg, metode lambourne menghasilkan 283, 39 kg dan pada metode schrool adalah 201,64 kg. Perbedaan ini terjadi karena ketidakvalidan rumus tersebut, atau bisa dikatakan rumus tersebut tidak bisa dipertanggungjawabkan. Tapi saya memastikan rumus metode lambourne mungkin bisa digunakan, karena menggunakan panjang badan dan lingkar dada. Lagipula sapi yag dihitug berat badannya waktu itu juga besar dan diperkirakan berat badannya sesuai dengan hasil pada metode lambourne.

D. Menejemen Susu dan Test Mastitis

Untuk memeras susu terlebih dahulu sapi harus dibersihkan terutama daerah ambing dan tempat sapi berpijak, karena susu yang masih segar rentan terkontaminasi oleh bau-bauan tak sedap. Jangan lupa pula tangan yang akan digunakan untuk memeras juga harus bersih. Dalam pemerasan, hendaknya menggunakan olesan minyak goreng, karena berfungsi melicinkan ambing dan sapi tidak merasa sakit apabila diperas susunya.

Tes mastitis digunakan untuk mengetahui apakah susu tersebut layak untuk dikonsumsi, apabila susu tersebut terkena mastitis, maka susu itu tidak boleh dikonsumsi. Untuk pengetesan mastitis bisa menggunakan CMT, cawan dasar hitam atau alkohol dan susu yang digunakan untuk pengetesan adalah susu perasan pertama sampai ketiga. Ada empat cawan, dengan A untuk puting kiri depan, B puting kiri belakang, C puting kanan depan, D puting kanan belakang. Kemudian ditambahkan CMT kedalam susu dan susu diamati, apabila warna susu tidak berubah menjadi ungu maka susu tersebut bebas mastitis. Apabila menggunakan cawan dengan dasar hitam, maka cukup diberi perasan susu kemudian digoyang-goyangkan, apabila terjadi penjendalan seperti pasir maka susu tersebut terkena mastitis. Metode menggunakan alkohol adalah tabung reaksi diberi perasan susu kemudian dicampur dengan alkohol, apabila terjadi penjendalan seperti pasir maka susu tersebut terkena mastitis.

Pada ketiga metode yang digunakan tidak terlihat adanya mastitis karena sapi yang diperas juga kelihatan sehat, apabila terkena mastitis kemungkinan penyebabnya adalah sapi mengalami infeksi pada ambing, sapi kekurangan makanan atau kadar Ca susu berlebihan. Sedangkan sapi tidak menderita seperti itu maka wajar saja kalau susu yang dihasilkan sehat.

E. Menejemen Rumput

Penanaman dilakukan dengan jarak tanam 80cm x 80 cm atau 0,64 m2, penanaman dilakukan dengan menggunakan stek dari rumput raja yang sudah di potong–potong sepanjang 2 ruas. Penanaman stek dilakukan dangan cara menanam satu bagian ruas stek ke dalam tanah dan sisanya diatas permukaan tanah. Posisi penanaman secara miring dan berdesakan, hal ini bertujuan untuk memperkuat perakaran dan mengoptimalkan lahan yang terbatas. Pada saat penanaman dengan stek, hal yang perlu diperhatikan adalah bagian atas dan bagian bawah stek jangan sampai terbalik pada saat melakukan penanaman. Sebagai contoh : ambil luas lahan, lalu ditanami bibit rumput dengan jarak tanam panjang kali lebar tertentu sehingga kebutuhan bibit dapat di hitung untuk tiap hektar.

Dengan percobaan :

Jarak tanam = 80 cm x 80 cm

Luas lahan = 10,000 m2

Maka diperoleh : Panjang x Lebar dan luas lahan

Jadi = 10.000 m2

0.64 m2

= 15.625 bibit

Penupukan dilakukan saat tanaman berumur 1-2 minggu. Dilakukan diantara dua rumpun untuk rumpun yang besar di perlukan pupuk 2 sendok makan dan untuk rumpun yang kecil 1 sendok makan. Pupuk yang digunakan adalah pupuk urea kristal, karena cukup mengandung unsure N yang diperlukan tanaman dan mudah diserap oleh tanaman. Untuk menghitung pupuk per 1 hektar yang diperlukan, maka dapat dilakukan perhitungan sbb: Hitung luas area tanaman yang akan di pupuk, lalu hitung jumlah pupuk yang dipakai untuk pemupukan seluas area tadi. Satu hektar lahan dibagi luas area. Pemupukan tadi kemudian dikalikan dengan jumlah pupuk yang digunakan dalam area tadi.

Dengan percobaan :

Luas lahan = 10,000 m2

Jumlah pupuk =

Jadi =

Pemanenan dilakukan pada saat tanaman menjelang berbunga, yaitu saat tanaman bermur 30 hari, karena pada waktu tersebut kandungan protein paling tinggi dan kandungan serat kasar rendah, dengan kata lain gizi nya optimal. Pemotongan saat penanaman dilakukan 5 cm dari permukaan tanah, jika potongan terlalu panjang, maka rumput akan tumbuh kecil dan mudah roboh nantinya. Setelah tumbuh lagi untuk menghitung banyaknya hasil pemananan per 1 ha maka dapat dilakukan perhitungan. Setelah mencapai umur, rumput didepan di ambil 3 rumput, masing-masing rumpun di timbang dan di rata-rata dari hasil yang didapat dihitung, hasil panen mendapat berapa ton setiap hektar lahan hijau.

Dengan percobaan :

Berat rumput = 7,4

Lebar lahan = 10,000

Jadi =

Karena pada waktu praktikum tidak ada yang mencatat secara valid mengenai luas lahan yang ditanam kemarin saat praktikum, jumlah stek yang digunakan, serta luas lahan yang dipanen kemarin. Maka saya menggunakan pembahasan secara umum mengenai penanaman Hijauan Makanan Ternak.

F. Restrains dan Casting

Hal utama yang harus dilakukan supaya mempermudah restrain dan casting adalah dengan mengetahui cara menyimpul tali. Pada pembuatan tali halter, bertujuan untuk menali sapi yang belum dikeluh, lingkaran depannya pas pada moncong sapi dan lingkaran belakang atau yang agak lebar dipasang pada leher sapi.

Untuk membawa sapi berjalan, yang harus dipegang adalah tali kekangnya, yang melewati lubang hidung dan mulut tapi tepat di bawah pojok telinga. Hal ini menghindari rasa sakit pada sapi yang mungkin ditimbulkan karena salah dalam metode restrainnya. Sapi yang merasa sakit biasanya akan memberontak dan berusaha melepas pegangan tangan orang yang menyentuh kekangnya.

Untuk mengobati sapi yang sakit secara umum dengan cara menaikkan salah satu kaki depannya untuk diikat. Hal ini mengakibatkan seperti berdiri dengan tiga kaki. Kalau dibutuhkan waktu yang lama untuk memeriksa/pengobatan maka harus menggunakan tali, yang diikatkan pada pastum, bagian kaki di atas kuku, untuk mempermudah sapi di dorong dari samping tepat pada subscapulanya dan saat itu sapi di tarik maka kaki akan di angkat.

Untuk merestrain kambing atau domba di lakukan dengan cara merestrain kakinya pada tendo acilesh. Apabila pada tendo acilesh di penggang maka tendo tersebut tidak berkontraksi. Jangan menengka domba pada persendihan atau palang. Usahakan kaki yang terangkat adalah kaki bagian belakang. Setelah tertangkap kakinya kita berada di samping kiri kambing.

Casting pada domba dan kambing setelah merestrainnya, kemudian pegang kaki dengan tangan kanan sedang tangan kiri memegang leher atau kepalanya. Dorong kepala perlahan-lahan kearah samping. Tangan kanan pindah ke kaki belakang yang satunya dan kaki kiri pindah posisi memegang kaki depan sebelah kiri dari bagian dalam dan tarik kaki belakang kearah kita maka domba akan roboh kearah kiri. Sebelum ambruk, usahakan mundur selangkah untuk mempermudah penjatuhan.

Tali kendali dibuat pada sapi yang berusia sekitar enam bulan. Pembuatan tali kendali bertujuan untuk mempermudah pengendalian pada sapi. Yang harus dipersiapkan adalah:

- Tali kambing agak besar ; dengan panjang ≤10 m

- Tali tambang kecil; dengan panjang ≤ 2 m

- Beberapa orang untuk membantu merebahkannya

- Sapi yang masih muda yang belum dipasang tali kendalinya

Setelah persiapan selesai barulah kita memasang tali tambang yang agak besar ke badan sapi tersebut dan kedua ujung tali dimasukkan ke kanan-kiri selangkangan dan kemudian tambang ditarik bagian dan belakang,penarik pada bagian belakang hendaknya mengikuti gerak sapi.

Setelah rebah dorsal/jatuh barulah keempat kaki pada sapi di tali dan selanjutnya pencoblosamn/pemasangan tali kendali, pemanjangan pada tali kendali di gunakan dua cara, hidung sapi ditusuk dengan penusuk di sela satu ujungnya dan tali di gabung/ di jadikan satu penusuk akan di buat menusuk hidung. Cara lain dengan trokat yang di tusukan ke dalam hidung setelah itu tambang baru di masukan secara perlahan.

BAB VIII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

· Kandang kambing sesuai dengan skala prioritasnya

· Kandang sapi belum sesuai skala prioritas tetapi hal tersebut tidak mesti membuat keadaan ternak terganggu

· Metode melihat keausan gigi untuk memperkirakan umur suatu hewan ternak dinilai lebih efektif dan efisien

· Metode lambourne dinilai lebih layak digunakan apabila meginginkan perkiraan berat badan pada sapi

· Susu hasil perasan pada praktikum kemarin aman dikonsumsi

· Memberi pakan ternak Hijauan Makanan Ternak lebih ekonomis dan terjangkau

· Resrain dan casting pada hewan ternak tidak sesulit yang dibayangkan

B. SARAN

Hampir tidak ada kritik yang akan disampaikan, hanya saja koordinasi sewaktu praktikum harus lebih baik lagi supaya dalam membuat laporan ini tidak ada data yang tertinggal misalnya dalam praktikum menejemen rumput.

DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1995. Beternak Sapi Perah. Cetakan ke 14. Jakarta : Kanisius

Suardi, Sindurejo dkk. Pedoman Perusahaan Pemerahan Susu. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press

Surtono. 1959. Cara Praktis Beternak Sapi Perah

Soeprapto, Heri dkk. 2006. Cara Tepat Penggemukan Sapi Potong. Jakarta : Agro Media Pustaka

Santoso, Undang. 1995. Tata Laksana Pemeliharaan Ternak. Cetakan pertama. Jakarta : PT. Penebar Swadaya

No comments:

Post a Comment