Thursday, May 27, 2010

PEMBERANTASAN CACING HATI PADA KAMBING (MAKALAH PENYULUHAN)

BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit parasit cacing merupakan penyakit yang dapat menyebabkan kambing penderita akan mengalami hambatan pertambahan berat tubuh. Akibat dari serangan cacing adalah cacing menyerap sebagian zat makanan yang seharusnya untuk pertambahan berat tubuh, cacing merusak jaringan-jaringan organ ternak kambing dan cacing menyebabkan kambing menjadi kurang nafsu mengkonsumsi makanan. Selain itu, cacing hati menyebabkan kerusakan yang sangat, terutama pada kambing yang masih muda, yang bisa menjadi kurus dan bisa menyebabkan kematian. Selain itu, menurunkan produksi susu dan reproduksi ternak. Kerasnya penyakit yang dipengaruhi oleh banyaknya cacing-cacing dalam saluran empedu dan daya tahan kambing itu sendiri. Kematian merupakan hasil infeksi yang sangat kronis.

Beberapa cacing yang sering menyerang hati dan pembuluh empedu hewan – hewan domestik adalah dari keluarga Fasciolidae, Dicrocoeliidae dan Opisthorchiidae. Spesies – spesiesnya antara lain F. hepatica, F. gigantica, Fascioloides magna. Cionella lubrica, Formica fusca, Metorchis conjunctus dan Amphimerus pseudofelineus

BAB II

ISI

A. Fasciola gigantica

Penyebab penyakit cacing hati pada kambing terutama yang hidup di daerah tropis adalah dari spesies Fasciola gigantica. Fasciola gigantica hidup dalam pembuluh empedu sapi, kambing, domba dan mamalia lain diseluruh dunia, tetapi tampaknya tidak di Amerika Selatan. Ia menggantikan kedudukan F. hepatica di Timur jauh dan berkembang lebih baik di daerah tropis seperti Indonesia. Ia berbeda dengan F. hepatica karena ia lebih besar dengan panjang 25 - 75 mm dan lebar sampai 12 mm ( pada F. hepatica panjang 25 – 30 mm) dan tidak ada “bahu” yang menonjol seperti pada F. hepatica. Telurnya mirip dengan F. hepatica tetapi lebih besar, mencapai 200x105 mikron. Siklus hidupnya mirip dengan F. hepatica, siput genus Radix merupakan induk semang antara, dan metaserkaria terdapat pada tumbuh-tumbuhan. Tubuhnya lebih transparan, jumlah telur 156 – 197 dengan ukuran 90 – 104 µm.

B. Siklus hidup Fasciola gigantica

Siklus hidup cacing F. gigantica adalah sebagai berikut. Telur masuk ke duodenum melewati saluran dan meninggalkan kambing dengan perantara tinja. Telur berkembang dengan baik pada suhu 26O C dan menetas dalam kurun waktu 17 hari. Mirasidium berenang sampai menjumpai siput spesies Radix auricularia yang menyukai pH sedikit asam. Mirasidium mati apabila tidak menjumpai siput dalam waktu kurang dari sehari. Pada suhu yang hangat seperti di Afrika Timur, dibutuhkan 75 hari untuk berkembang dalam tubuh siput, sedangkan pada suhu yang dingin sampai 175 hari.

Mereka memasuki siput, melepaskan silia yang menyelubungi diri dan menjadi sporokist yang memanjang. Dinnik, 1964 menememukan bahwa satu sampai enam generasi pertama redia bisa berkembang dari satu sporokis F. gigantica pada suhu 26O C, sporokist tumbuh dan menjadi masak dalam waktu satu setengah minggu atau lebih, dan memproduksi redia generasi kedua. Redia mengeluarkan serkaria yang belum masak akan berkembang selama 13 hari atau lebih dalam tubuh siput dan kemudian keluar. Serkaria berenang di dalam air untuk waktu yang tidak lebih dari beberapa jam dan kemudian mengkista pada tumbuh-tumbuhan membentuk metaserkaria yang berwarna hampir hitam. Metaserkaria mengkista pada tumbuhan di bawah air seperti di lingkungan tanaman padi. Metaserkaria bisa bertahan sampai empat bulan pada tumbuhan dan demikian infeksi bisa terjadi dengan memakan jerami padi.

Cacing muda masuk tubuh kambing melewati saluran pencernaan, tetapi cacing muda ini berkesempatan masuk ke saluran sirkulasi dan bisa terdistribusika di lokasi yang salah. F. gigantica dewasa mencapai saluran empedu setelah migrasi di parenkim hati, sembilan sampai 12 minggu setelah infeksi. Telur mulai terproduksi sekitar tiga bulan sampai beberapa tahun. Kondisi saluran empedu pada waktu cacing hidup di dalamnya adalah sangat padat dan rapat, sering dengan dinding yang mengkapur dan fungsi normal hati sangat terpengaruhi.

C. Radix auricularia

Radix auricularia adalah jenis spesies dari genus Radix. Nama umumnya radix telinga besar, adalah spesies keong air tawar yang berukuran menengah, sebuah moluska gastropoda air dari keluarga Lymnaeidae.

Cangkang tipis, bulat disekeliling dan sangat menggembung, seperti lingkaran terakhir yang terdiri dari 90% volume tubuhnya. Cangkangnya memThe shell has a rounded and broad spire that pinches in steeply at the apex memmemmmmmmmenklnbulat dengan puncak yang melebar dan sangat mencuram.The spire short, conic, very small compared with the body whorl. [ 1 ] Puncaknya pendek, mengkerucut, dan sangat kecil dibandingkan dengan lingkaran tubuh. There are 4–5 whorls with deep sutures between them. [ 4 ] [ 5 ] The whorls are convex, inflated, smooth and rapidly increasing.Ada 4-5 lingkaran dengan jahitan yang dalam diantara. Lingkarannya cembung, menggembung, halus dan dengan cepat meningkat. The body whorl is large and spreading. Lingkaran tubuh besar dan menyebar. The surface is shining, lines of growth are fine, wavy, crowded, with occasionally a heavy ridge representing a rest period. permukaan bersinar, garis-garis pertumbuhan halus dan bergelombang.The color of the shell is yellow, beige or tan. Warna kulit berwarna kuning atau cokelat.

Cangkang The shell of the species can grow to ~30 mm in height [ 5 ] and 25 mm in width [ 4 ] as a full grown adult.cangkangccc dari spesies ini bisa tumbuh sekitar tinggi 30 mm dan lebar 25 mm.However, most individuals in a population only grow to approximately half the maximum size. [ 4 ] The width of the shell is from 12-18 mm, and the height of the shell is 14-24 mm. [ 3 ] The shell of Radix auricularia has a width to length ratio greater than 0.75. Namun, sebagian besar individu dalam populasi hanya tumbuh kira-kira setengah ukuran maksimal. Lebar cangkang adalah 12-18 mm, dan tingginya adalah 14-24 mm. Cangkang Radix auricularia memiliki rasio panjang ke lebar lebih besar dari 0,75.

Tubuh berbintik-bintik putih kecil di bagian belakang kepala dan tentakel, tetapi tidak pada kaki. Mantelnya berpigmen dengan garis titik gelap sepanjang tepi nya, bintik-bintik tidak beraturan ditemukan juga di cangkang.The foot is roundly elongated, 18 × 11 mm. [ 1 ] Kaki ini terus terang memanjang, sekitar 18 × 11 mm. The head is broad, auriculated. [ 1 ] This species also has tentacles that are large, flat, lobate, triangular, fan-shaped and wider than they are high. [ 9 ] [ 1 ]Kepalanya luas. Spesies ini juga memiliki tentakel yang besar, datar, berbentuk kipas dan lebih luas daripada yang tingginya.The blood contains blue hemocyanin . [ 10 ] The heart pulsations are slow and regular: thirty-four per minute. Darah mengandung hemocyanin biru. Denyut jantung lambat dan teratur : tiga puluh empat per menit. The animal is slow and deliberate in its movements. [ 1 ]Hewan ini lambat dan hati-hati dalam bergerak.

Spesies ini ditemukan di danau air tawar, kolam, dan sungai yang berarus lambat dengan dasar lumpur. Dapat hidup pada batu atau vegetasi dalam arus lingkungan yang tinggi maupun rendah.It has been found in environments with a pH from 6.0–7.1. [ 5 ] [ 17 ] Its average thermal preference is ~19°C, but there is great fluctuation around this mean, depending on the photoperiod for the time of year. [ 18 ] In Great Britain, the species is restricted to hard water. [ 19 ] It can tolerate polysaprobic waters, or areas of major pollution and anoxia with high concentrations of organic matter, sulfides and bacteria . [ 20 ] [ 21 ] Hewan ini ditemukan dalam lingkungan ber-pH 6,0-7,1 dengan suhu rata-rata 19 ° C.

D. Penanggulangan cacing Fasciola gigantica

Siklus hidup cacing F. gigantica sangat tergantung pada induk semangnya, yaitu siput. Untuk memberantas cacing ini tidak selalu harus membunuh induk semangnya supaya cacing ini tidak bisa hidup, walaupun cara ini memang efektif tetapi sebuah ekosistem bisa rusak, karena masih ada hewan yang membutuhkan makanan dari siput. Infeksi bisa dihindari dengan menggembalakan kambing pada tanah yang lebih luas dan menghindari danau, rawa, sungai dan beberapa tempat berair lainnya. Cacing ini menyerang kambing pada semua usia dan dalam pencegahan hendaknya kambing dihindari pemberian makanan kasar atau hijauan pakan yang terkontaminasi siput dan diusahakan agar hijauan pakan sebelum diberikan pada ternak kambing dicuci lebih dahulu.

Kambing yang sudah terinfeksi bisa diobati dengan menggunakan rafoxanide 7 – 5 mg/kg dan oxyclozanide 15 mg/kg dapat mengurangi jumlah telur 97 – 99 % (Kadhim & Jabbir, 1974). Rafoxanide 100 % effektif terhadap parasit dewasa ketika dikonsumsikan dengan dosis 2,5 – 5 mg/kg dan 10 mg/kg membunuh 87 % yang belum dewasa sekiar umur delapan minggu (Troncy & Vasseau-Martin, 1976). Brotianide 15 – 20 mg/kg dan niclofolan 4 – 6 mg/kg membunuh 90% lebih F. gigantica dewasa pada fase migrasi (Karrasch, 1975).

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Memberantas cacing hati pada kambing tidak harus dengan memberantas siput. Karena infeksi bisa dihindari dan walaupun sudah terinfeksi masih ada obat – obatan yang tersedia

DAFTAR PUSTAKA

Levine, Norman D. 1990. buku pelajaran PARASITOLOGI VETERINER. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta

Chandler, Asa C. 1955. Introduction to PARASITOLOGI – 9thEdition –. Chapman & Hall, Ltd. : London

Soulsby, E. J. L. 1982. HELMINTHS, ARTHROPODS AND PROTOZOA OF DOMESTICATED ANIMAL – Seventh Edition –. The English Book Society and Bailliere Tindall : London

Sastry, N.S.R. & Thomas, C.K. 1976. FARM ANIMAL MANAGEMENT. Vikas Publishing Hause PVT LTD : India

Murtidjo, Bambang Agus. 1993. Kambing. Sebagai ternak potong dan perah. Penerbit Kanisius : Yogyakarta

http://en.wikipedia.org/wiki/Radix_auricularia

BREEDING MENCIT KELOMPOK 4

BAB I

PENDAHULUAN

Percobaan-percobaan biologis dan percobaan ilmu kedokteran memerlukan hewan percobaan yang benar-benar sehat. Tetapi laboratorium penelitian tidak mudah untuk mendapatkan hewan yang berkualitas tinggi. Masalah pertama adalah biaya. Karena hewan yang berkuaitas harganya mahal. Oleh karena itu penggunan mencit sebagai hewan coba adalah tindakan yang benar, mengingat harga mencit yang dapat di jangkau dan sudah termasuk hewan yang mewakili kelas mamalia dalam hal kesehatan. Penggunaan hewan coba dalam bidang penelitian, diagnosa, dan pendidikan .Informasi tersebut meliputi tipe dan standar kandang, cara dan system pemeliharaan dan pengelolaan, cara dan system peternakan, deskripsi data biologis, penyakit, pengobatan dan pencegahannya. Oleh kerena di Indonesia beriklim tropis maka penggunaan mencit sudah memenuhi persyaratan sebagai hewan coba pada skala pendidikan dan penelitian.

Praktikum breeding mencit ini bertujuan untuk mengetahui waktu perkawinan yang sering dilakukan oleh mencit pada waktu pagi atau malam hari. Melatih kedisiplinan dan ketelatenan para praktikan dalam memelihara mencit sebagai hewan laboratorium, mempelajari perilaku mencit. Selain itu, juga bertujuan untuk mengetahui tingkat keekonomisan dalam memelihara mencit dilihat dengan menganalisa jumlah pakan, harga pakan yang diberikan dengan jumlah penjualan mencit hasil breeding per ekornya.

Manfaat dari breeding ini adalah para praktikan memperoleh pengetahuan tentang bagaimanan cara mengembangbiakkan mencit sebagai hewan laboratorium. Selain itu, dilatih kedisiplian dan ketelatenan dalam memelihara mencit agar memperoleh hasil yang memuaskan. Mencit laboratorium banyak dipakai sebagai hewan coba untuk berbagai penelitian. Diharapkan dengan adanya praktikum breeding ini, kita yang nantinya sebagai praktisi telah memiliki keterampilan dalam mengembangbiakkan mencit sesuai prosedur sehingga dapat memenuhi ketersediaan mencit untuk penelitian-penelitian tersebut.

BAB II

ISI

A. TINJAUAN PUSTAKA

Mencit liar atau mencit rumah adalah hewan semarga dengan mencit laboratorium. Hewan tersebut tersebar di seluruh dunia dan sering ditemukan di dekat atau di dalam gedung atau rumah yang dihuni manusia. Mencit juga banyak ditemukan di daerah lain yang tidak dekat dengan manusia asal ada makanan dan tempat berlindung. Semua galur yang ada pada mencit laboratorium saat ini merupakan turunan dari mencit liar sesudah melalui peternakan selektif. (Soesanto Mangkoewidjojo,1988. Hal 10)

Bulu mencit liar berwarna keabu-abuan, dan warna perut sedikit lebih pucat. Mata berwarna gelap dan kulit berpigmen.Umumnya, berat badan pada umur 4 minggu mencapai 18-20 gram. Mencit liar dewasa dapat mencapai 30-40 gram pada umur 6 bulan atau lebih. Hewan ini pemakan segala (omnivorus), dan mau mencoba makan apapun penganan yang tersedia bahkan bahan yang tidak biasa dimakan. Bahan-bahan yang tidak biasa dimakan akan dicicipi terlebih dahulu, dan akan kembali makan jika tidak menimbulkan akibat-akibat buruk setelah mencicipinya. Mencit liar dapat berjalan amat jauh dan masuk kedalam lubang-lubang yang sangat kecil, seperti celah pada dinding dan celah-celah atap. Mencit juga bisa dengan mudah memanjat dinding bata. Mencit liar lebih suka suhu lingkungan tinggi, tetapi mencit liar dapat terus hidup dalam suhu rendah. (Soesanto Mangkoewidjojo,1988. Hal 10)

Mencit laboratorium mempunyai berat badan yang hampir sama dengan mencit liar, tetapi setelah diternakan secara selektif selama 80 tahun yang lalu, sekarang ada berbagai warna bulu dan timbul banyak galur dengan berat badan berbeda-beda. Mencit mempunyai karakter lebih aktif pada malam hari (nocturnal).(Soesanto Mangkoewidjojo,1998.Hal 11)

DATA BIOLOGIS

Lama hidup : 1-2 tahun, bisa sampai 3 tahun

Lama produksi ekonomis : 9 bulan

Lama bunting : 19-21 hari

Kawin sesudah beranak : 1 sampai 24 jam

Umur disapih : 21 hari

Umur dewasa : 35 hari

Umur dikawinkan : 8 minggu (jantan dan betina)

Siklus estrus (berahi) : poliestrus

Lama estrus : 4-5 hari

Perkawinan : 12-14 jam

Ovulasi : pada waktu estrus

Fertilisasi : dekat akhir periode estrus, spontan

Segmentasi ovum menjadi blastosel : 2,5-4,0 hari

Implantasi : 4-5 hari sesudah fertilisasi

Berat dewasa : 20-40 gr jantan, 18-35 gr betina

Berat lahir : 0,5-1,0 gr

Jumlah anak : rata-rata 6,bisa 15

Suhu (rektal) : 35-39oC

Pernapasan : 140-180/menit, turun menjadi 80 dengan

anastesi, naik sampai 230 dalam stres

Denyut jantung : 600-650/menit,turun menjadi 350 dengan

anastesi, naik sampai 750 dalam stres

Tekanan darah : 130-160 sistol, 80 diastol dengan anastesi

Konsumsi oksigen : 2,38-4,48 ml/g/jam

Volume darah : 75-80 ml/kg

Sel darah merah : 7,7-12,5 x 106/mm3

Sel darah putih : 6,0-12,6 x 103/mm3

Neutrofil : 12-30%

Limfosit : 55-85%

Monosit : 1-12%

Eosinofil : 0,2-4,0%

PCV : 41-48%

Trombosit : 150-400 x 103/mm3

Hb : 13-16 g/100ml

Protein plasma : 4,0-6,8 g/100ml

ALT (SGPT) : 2,1-23,8 IU/liter

AST (SGOT) : 23,2-48,4 mg/100ml

Kolesterol serum : 26,0-82,4 mg/100ml

Air kencing : 25-50ml/kg/hari

Susu : air 75%, lemak 10-12%, protein 10%,

gula 3%

Puting susu : 10 puting, 3 pasang di daerah dada,

2 pasang di daerah perut

Plasenta : diskoidal hemokorial

Uterus : 2 kornu, bermuara sebelum serviks

Perkawinan kelompok : 4 betina dengan 1 jantan

Kromosom : 2n = 40

Aktivitas : nokturnal (malam)

Gigi : 1003 gigi seri tumbuh terus

1033

Kecepatan tumbuh : 1 g/hari

Imunitas pasif : terutama melalui usus hingga umur 17 hari,

juga melalui kantung kuning telur

(Soesanto Mangkoewidjojo)

Kandang

Mencit laboratorium dapat dikandangkan dalam kotak sebesar kotak sepatu. Kotak dapat dibuat dari berbagai macam bahan, misalnya plastik (polipropelin atau polikarbonat), aluminium atau baja tahan karat (stainless steel). Kadang-kadang mencit dapat ditempatkan di kandang yang mempunyai dinding dan lantai dari kawat. Prinsip dasar yang perlu dicamkan kalau kita memilih kotak mencit adalah bahwa kotak harus mudah dibersihkan dan disterilkan. Kotak mencit harus tahan lama, tahan digigit dan mencit tidak dapat lepas. Biasanya kotak yang dibuat dari plastik polivinil klorida (PVC) tidak begitu memuaskan karena plastik ini lunak dan dapat dikerat oleh mencit. Plastik ini juga sukar disterilkan karena tidak begitu tahan panas.

Ukuran kandang yang dianjurkan adalah 900 cm2 untuk sepasang bibit, dan 1.080 cm2 cukup untuk seekor induk dengan 14 anak. Satu alasan mengapa tidak dianjurkan terlalau banyak di satu kandang adalah bahwa terlalu berdesak-desakan menyebabkan suhu kandang meningkat diatas normal. (Soesanto Mangkoewidjojo,1988. Hal 40)

Paling penting untuk diperhatikan adalah persyaratan fisiologis dan tingkah laku mencit. Persyaratan ini meliputi menjaga lingkungan tetap kering dan bersih, suhu yang memadai, dan memberi ruang cukup untuk bergerak dengan bebas dalam berbagai posisi. Selanjutnya, sistem kandang harus dilengkapi makanan dan minuman yang mudah dicapai oleh mencit dan kandang tidak boleh diisi sampai berdesak-desakan agar hewan dapat bebas bergerak. (Soesanto Mangkoewidjojo, 1988)

Pilih rak yang cukup longgar yang tidak perlu sering dicuci, mudah dibongkar untuk dibersihkan, disterilkan dan mudah disusun kembali. Seluruh sistem perkandangan harus dirancang sehingga mudah dirawat dan diperbaiki demi keselamatan hewan. Kandang dan tutupnya harus dapat diperbaiki supaya tidak melukai mencit dan meningkatan kenyamanan fisik. Sistem kandang harus mempunyai fungsi untuk mempertahankan kesehatan mencit yang akan terlihat dari pertambahan jumlah mencit secara normal dan rendahnya kejadian penyakit. (Soesanto Mangkoewidjojo, 1988)

Kandang juga harus dilengkapi dengan alas (beeding) sebagai tempat tidur dan tempat untuk membuat sarang anak-anaknya, kemudian beeding ini harus rutin di ganti minimal satu minggu satu kali. Karena beeding yang berasal dari sekam padi maupun ampas gergajian kayu sangat mudah menyerap urin dan seandainya tidak diganti maka akan menimbulkan tumpukan gas ammoniak yang bersifat toksik pada mencit dan akan mengganggu kesehatan mencit itu sendiri. ( Otis dan Foster , 1983)

Minum Mencit (aquadest)

Air minum dapat ditambah obat supaya steril,yaitu klor dalam bentuk kloramin 5 mg/liter air,atau natrium hipoklorit,5-10 ppm dalam air. Demikian pula, air minum dapat diasamkan dengan menambah 2 ml HCL untuk tiap 3 liter air minum supaya pH air menjadi 2,0-2,5. Pemakaian air minum asam dalam waktu lama tidak mengakibatkan bahaya pada mencit karena zat asam garam adalah bahan normal getah lambung. Tiap hari seekor mencit dewasa minum 4-8 ml air. (Soesanto Mangkoewidjojo,1988)

Vitamin C

Pada pengembangbiakan mencit ini yang digunakan adalah vitamin C. Vitamin C mempunyai sifat sebagai antioksida yang mampu meredam radikal bebas dan reaktif oksigen spesies (RoaS) yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan (Sardi, 2004).Untuk itu digunakan vitamin C untuk melihat pengaruh vitamin C dapat melindungi janin dari serangan radikal bebas dan reaktif oksigen spesies (Cederberg, 2006).Vitamin C merupakan vitamin yang mudah larut dalam air,sehingga dalam membuat sediaannya cukup digunakan pelarut air.

Pemberian vitamin pada mencit sebaiknya 3 hari sekali. Sebalum mencit diberikan vitamin, mencit harus dipuasakan minum dulu, setelah itu barulah mencit diberikan vitamin. Maksudnya agar mencit langsung meminum air vitamin tersebut. Takarannya dalam 1ml vitamin, dimasukkan air hingga mencapi 100ml (90 ml air). (Helmi Arifin dkk, 23 maret 2007. Hal 5)

PAKAN

Pada umumnya, makanan mencit dengan kualitas tetap harus tersedia sebab perubahan kualitas dapat menyebabkan penurunan berat badan dan tenaga. Akan tetapi, bahan dasar makanan mencit dapat sedikit bervariasi misalnya dengan susunan sebagai berkut: protein, 20-25%; lemak, 10-12%, pati, 45-55%; serat kasar, 4% atau kurang; dan abu, 5-6%. Selanjutnya, makanan mencit harus berisi vitamin A (15.000-20.000 IU/Kg); vitamin D (5.000 IU/kg); alfa-tokoferol (50mg/Kg); asam linoleat (5-10 g/Kg); tiamin (15-20 mg/Kg); riboflvin (8 mg/Kg); pantotenat (20 mg/Kg); vitamin B12 (30 ug/Kg); biotin (80-200 ug/Kg). Tiap hari, seekor mencit dewasa makan 3 g sampai 5 g makanan. Kalau mencit sedang bunting atau menyusui, nafsu makannya bertambah.(Soesanto Mangkoewidjojo, 1988. hal 16)

Resep makanan mencit (Berat %)

Diet 1

Diet 2

Diet 3

Tepung jangung

Kacang hijau

Terigu

Bungkul kelapa

Tepung ikan

Tepung tulang Kapur(CaCO3)

Campuran Vitamin

Protein (kira-Kira)

35

35

-

12

12

5

-

1

25

30

22,5

-

16

16

5

-

1

23

33

9

30

-

20

5

2

1

20

Mineral dalam Makanan Mencit

Kalsium

Fosfor

Magnesium

Kalium

Natrium

Kobal

Tembaga

Yodium

Besi

Mangan

Seng

1,0-1,5%

0,5-1,0%

0,15-2,0%

0,8-0,9%

0,40-0,1%

0,7 mg/kg

16,0mg/kg

2,0mg/kg

250,0mg/kg

105,0mg/kg

50,0mg/kg

Pakan yang digunakan untuk berternak mencit sebaiknya digunakan pakan kering yang berbentuk pelet. Pakan yang biasa digunakan oleh para peternak mencit adalah Br1, Br2, dan Ad1, Ad2. Pakan Br berfungsi untuk menghasilkan lebih banyak lemak, sedangkan Ad berfungsi untuk mengencangkan musculus(otot). Pada pengembangbiakan yang dilakukan, pakan yang digunakan yang digunakan adalah Ad1 atau Ad2.Hal ini dikarenakan mencit adalah hewan yang aktif, apabila pakan Br yang digunakan maka mencit akan sulit untuk beraktifitas.

Karakteristik dan keutamaan dari mencit ini adalah

1. Pembauannya sangat peka yang memiliki fungsi untuk mendeteksi pakan, deteksi predator dan deteksi signal (feromon)

2. penglihatan jelek karena sel conus sedikit sehingga tidak dapat melihat warna

3. Sistem sosial: soliter atau berkelompok

4. Tingkah laku:
- Jantan dewasa + jantan dewasa akan berkelahi
- Betina dewasa + jantan dewasa damai
- Betina dewasa + betina dewasa damai

Penyakit Pada Mencit

1. Cacar Mencit (Ectromelia)

Penyebab : Virusortopoks

Gejala : Bentuk akut mencit mati segera sesudah sakit, bentuk kronis menunjukkan gejala sakit lebih lama yaitu tidak sehat, kaki dan ekor bengkak dengan kulit berlepuh dan lesi ulsuratif. Lesi melanjut sampai ekor dan kaki hilang,kematian secara sporadis.

Penanganan : Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan membinasakan seluruh hewan yang terinfeksi.

Penyakit ini tidak dapat menular kepada manusia.

2. Penyakit Tyzzer

Penyebab : Bacillus piliformis
Gejala : Menceret, nafsu makan menurun, berat badan menurun dan kematian. Diagnosis ditemukan bakteri dalam sel-sel epitel usus, kandung empedu, lesi yang tampak hanya ditemukan di hati

Penanganan : Koloni mencit yang terinfeksi dibinasakan

Penyakit ini tidak dapat menular kepada manusia.

3. Pseudotuberkulosis

Penyebab : Corynebacterium pseudotuberculosis dan Corynebacterium Kutscheri

Gejala : Lemah dan frekuensi pernafasan tinggi

Penanganan : Kelompok yang terinfeksi harus dibinasakan

Penyakit ini tidak dapat menular kepada manusia.

4. Salmonellosis

Penyebab : Salmonella Typhimurium/Salmonella Enteritidis

Gejala : Menceret, bulu kasar, berat badan turun, lemah

Penanganan : Kelompok terinfeksi dibinasakan

Penyait ini dapat menular ke manusia.

5. Koriomeningitis (LCM)

Penyebab : virusarena
Gejala : pada mencit tua dapat mati, dalam proses akut timbul kejang, kaki belakang lumpuh, radang selaput mata.

Penanganan : Kelompok mencit yang terinfeksi harus dibinasakan karena dapat menular melalui plasenta. Penyakit ini dapat menular ke manusia.

(Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis, John and Soesanto Mangkoewidjojo)

Pengertian Lee-boot efffect

Lee-Boot effect adalah suatu cara atau metode perpanjangan siklus estrus tikus dewasa dan hewan pengerat lainnya, ketika betina disimpan dalam kelompok dan terisolasi dari pejantan. Hal ini disebabkan oleh efek dari estrogen-tergantung feromon, yang dirilis melalui urin, yang bekerja pada penerima organ vomeronasal. Feromon ini menurunkan konsentrasi hormon luteinizing dan meningkatkan kadar prolaktin, singkronisasi atau menghentikan siklus penerima. Efek ini terjadi beberapa cara untuk menjelaskan mengapa pseudopregnancy spontan dapat terjadi pada tikus. Tanggapan yang sama dipanggil dari terisolasi betina ketika dibawa kedalam kontak dengan tidur di rendam air seni dari betina lain. Mengeluarkan vomeronasal menyebabkan organ penerima respon yang tidak efektif-yang menunjukkan bahwa syarat chemosensory murni di alam. (http://en.wikipedia.org/wiki/Lee-Boot_effect)

Pembiakan mencit akan efisien kalau kamarnya memperoleh cahaya selama 14 jam dan gelap selama 10 jam tiap hari. Mencit mampu kawin pada umur kurang lebih 5 minggu. Tetapi biasanya lebih baik kalau mencit tidak dikawinkan pada umur 8 minggu. Estrus terjadi kira-kira tiap 4-5 hari, dan segera sesudah beranak. Biasanya estrus mulai antara jam empat sore dan jam sepuluh malam, dan biasanya betina kawin dalam tiga jam pertama periode estrus.(Soesanto Mangkoewidjojo,1988.Hal 20).

Ciri-ciri Mencit sudah kawin

Pemeriksaan pada mencit yang telah kawin dapat dilakukan dengan memeriksa sumbat dalam vagina (vaginal plug). Sumbat ini merupakan air mani yang menjendal, dan berasal dari sekresi kelenjar khusus mencit jantan. Pada mencit, sumbat ini tetap berada dalam vagina selama 16-48 jam, dan tidak mudah jatuh keluar. Pemelihara hewan dapat menetapkan keadaan bunting antara 10-14 hari setelah sumbat vagina ditemukan dengan meraba perut mencit. Lama bunting biasanya 19-21 hari, dan anak-anak mencit dapat disapih pada umur 18-28 hari tapi biasanya 21 hari. Kalau seekor mencit betina kawin lagi segera setelah beranak dan bunting lagi, implantasi embrio biasanya akan tertunda 2-4 hari. Ini berarti lama bunting pertama 19 hari, munggkin lama bunting ke dua, ketiga dan setrusnya menjadi 21-24 hari. Oleh karena itu, tidak terlalu terlambat jika anak-anak disapih pada umur 21 hari, sekalipun demikian anak-anak harus disapih sebelum anak-anak berikutnya lahir. Biasanya,berat badan anak mencit waktu dilahirkan kira-kira 1 gr dan mencapai 18-20 gr pada waktu disapih. ( Soesanto Mangkoewidjojo,1988. Hal 20)

Ada dua macam sistem kawin yang biasa dipakai pada mencit, yaitu pasangan monogami (seekor betina dengan seekor pejantan), dan kelompok poligami (dua atau tiga ekor betina dengan seekor jantan). Kalau memakai sistem poligami, seekor jantan dikawinkan dengan dua ekor betina atau lebih. Tetapi kalau jumlah betina lebih dari dua ekor, betina bunting harus dikeluarkan dari kelompok kawin, dan dimasukkan kandang tersendiri,atau dengan 1-2 ekor betina dengan umur kebuntingan sama beberapa hari sebelum betina beranak. Sistem ini menimbulkan beberapa masalah kalau betina tidak dipisahkan waktu akan melahirkan karena semua anak sekelahiran (litter) dari induk yang berbeda akan menyusu bersama-sama.(Soesanto Mangkoewidjojo, 1988)

Tanda – Tanda Mencit Partus (melahirkan)

Tanda ataupun gejala-gejala menjelang partus pada hewan ternak,pada umumnya hampir sama dari spesies ke spesies,tetapi tidak konstan antar individu ternak antara partus yang berurutan. Tanda-tanda itu misalnya : induk hewan gelisah, ligamenta sacrospinosum et tuberosum merelaks, edema pada vulva, lender sumbat cervic mencair, kolostrum telah menjadi cair dan mudah dipencet keluar dari puting susu, ambing membesar dan oedematus. Gejala-gejala ini merupakan indikasi yang baik terhadap perkiraan waktu kelahiran yang diharapakan.

Suatu lendir putih, kental dan lengket keluar dari bagian cranial vagina pada masa kebuntingan. Lendir tersebut semakin banyak keluar menjelang kelahiran. Segera sebelum pertus jumlah lendir sangat meningkat dan penyumbatan cervic mencair.

(posted by: Wheda Asmara putra,wordpress.com)

B. MATERI DAN METODE

Alat :

- Kandang

- Tempat minum

- Tempat makan

- Sekam

- Ram kawat sebagai penutup kandang

Bahan :

- Mencit betina 3 ekor

- Mencit jantan 1 ekor

- Pelet AD2

- Air

Cara kerja breeding mencit

Pemilihan bibit

Adaptasi

Perkawinan ♂ + ♀ ♂ asing
(kawin)

4 – 5 hari
Estrus lagi

Pemeliharaan

leeboot effect

* Partus Estrus + ♂ à laktasi + bunting

Implantasi tertunda

Bunting + 3 – 16 hari

* Bunting biasa (nonlaktasi) : 19 – 21 hari

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

Lee boot effect adalah fenomena mengenai penindasan atau perpanjangan siklus estrus mencit dewasa, ketika betina disimpan dalam kelompok dan terisolasi dari pejantan. Hal ini disebabkan oleh efek dari estrogen-tergantung feromon, yang dirilis melalui urin, yang bekerja pada penerima organ vomeronasal. Feromon ini menurunkan konsentrasi hormon luteinizing dan meningkatkan kadar prolaktin, sinkronisasi atau menghentikan siklus penerima. Efek ini terjadi beberapa cara untuk menjelaskan mengapa pseudopregnancy spontan dapat terjadi pada mencit. Tanggapan yang sama dipanggil dari terisolasi betina ketika dibawa kedalam kontak dengan tidur direndam air seni dari betina lain. Mengeluarkan vomeronasal menyebabkan organ penerima respon yang tidak efektif yang menunjukkan bahwa syarat chemosensory murni di alam.

Mencit adalah hewan yang berkembang biak sepanjang tahun, agar menjadi produktif maka banyak hal yang harus kita perhatikan. Diantaranya adalah :

Pemilihan bibit

Informasi tentang kemampuan mencit untuk berbiak ini harus kita peroleh sebelum kita memilih bibit mencit agar nantinya kita memperoleh bibit yang berkualitas.Paling sedikit info yang harus kita dapatkan adalah :

Induk bibit

· Identifikasi,asal usul,dan tangal lahir

· Tanggal kawin dan identitas jantan yang dipakai untuk tiap perkawinan

· Tanggal lahir anak sekelahiran,jumlah jantan dan betina yang dilahirkan

· Penggunaan anak sekelahiran untuk percobaan

· Sebab kematian

Jantan bibit

· Identifikasi asal usul dan tanggal lahir

· Tanggal kawin dan identitas induk

· Sebab kematian

Adaptasi

Setelah kita peroleh bibit yang sesuai dengan kita kehendaki maka kita masukkan kekandang.Biasanya mencit yang baru masuk ke kandang tidak langsung dapat menyesuaikan dengan keadaan sekitarnya maka diperlukan adaptasi terlebih dahulu.Adaptasi ini biasanya dilakukan selama satu minggu.Prinsip dasar yang harus diperhatikan adalah kenyamanan kandang,kandang harus tahan lama,tahan gigit dan mencit tidak dapat lepas.Bisa terbuat dari plastik atau almunium dan besi baja anti karat. Dalam praktikum kami memilih sekam padi sebagai alas.

Karena sekam padi ini walaupun mencit mengeluarkan urin dan feses permukaannya akan tetap kering dan jamur atau hewan pembawa penyakit akan lama muncul pada sekam tersebut. Kalau sekam kayu, sekam jenis ini cepat/mudah menyerap urin dan feses yang dikeluarkan oleh mencit sehingga sekam akan cepat ditumbuhi oleh jamur dan akan mengganggu kesehata mencit itu sendiri.

Perkawinan

Mencit dikawunkan supaya dapat melahirkan anak dan digunakan sebagai metode selanjutnya, yaitu leeboot effect. Karena metode ini membutuhkan mencit yang sedang partus. Selain fungsi leeboot effect yang memanjangkan siklus estrus, leeboot effect juga memanjangkan kabuntingan dalam hal ini implantasinya yang tertunda.

Pemeliharaan

Dalam tahap pemeliharaan ini hal yang perlu kita perhatikn adalah:

v Makanan

Makanan mencit yang utama dalam pemeliharaannya adalah harus mengandung banyak protein,yang sangat bermanfaat untuk pertumbuhannya.Biasanya peternak Indonesia menggunakan pakan yang berlabel BR/ID.

v Minuman

Minuman ini harus tersedia setiap saat,d an jangan lupa untuk segera menggantinya bila terlihat sudah tak layak minum. Air minum ini dapat kita gunakan air aquades yang steril. Biasanya dapat pula kita gunakan air kran yang kita sterilkan dengan klor dalam bentuk kloramin 5 mg/ liter atau natrium hipoklorit 5 – 10 ppm dalam air. Dan dapat pula di asamkan dengan 2 ml HCL untuk 3 liter supaya pH jadi 2,0 – 2,5.

v Kebersihan kandang

Kebersihan ini harus selalu diperhatikan kenyamanan,suhu lingkungan cahaya,udara,yang merupakan penunjang kesehatan mencit.Paling penting untuk diperhatikan adalah persyaratan fisiologis dan tingkah laku mencit. Persyaratan ini meliputi menjaga lingkungan tetap kering dan bersih, suhu yang memadai, dan memberi ruang cukup untuk bergerak dengan bebas dalam berbagai posisi.

Partus

Setelah tahap tahap diatas tentunya mencit akan bunting selama 21 hari dan melahirkan. Sesuai dengan metode yang kita gunakan yaitu leeboot effect maka yang kita lakukan adalah mengawinkannya lagi setelah partus dengan cara seperti metode di atas.

Setelah mencit betina partus ( beranak ) dibutuhkan waktu sekitar 24 jam untuk dapat estrus kembali, dan pada saat mencit betina tersebut estrus maka masukkan pejantan asing untuk memancing birahi mencit betina, betina pun kawin. Setelah kawin, mencit betina bunting kembali, namun pada saat bunting itu betina sedang dalam masa laktasi atau menyusui. Karena mencit betina masih dalam masa laktasi maka implantasi pun tertunda yang seharusnya mencit dapat bunting 19-21 hari bertambah 3-16 hari menjadi 24-37 hari.

Dengan leeboot effect kita akan memperoleh hasil yang berlipat dibanding dengan metode perkawinan secara normal. Leeboot effect memudahkan kita untuk melakukan breeding secara efektif. Menghemat waktu, menghemat pakan dengan produksi berlipat. Jadi leeboot effect ini cocok untuk mengejar pesanan

.

D. ANALISA PERMASALAHAN

Untuk menggunakan metode leeboot ini, mencit betina harus sudah partus. Terutama jika ingin menunda kebuntingan. Padahal, mencit betina kami belum ada yang melahirkan. Jadi yang kami lakukan adalah memanjangkan siklus estrus bagi mencit yang belum melahirkan. Mungkin ada ketidaksengajaan ketika menjalani praktikum ini, yang bisa menjadi satu analisa ‘mengapa mencit betina tidak melahirkan tetapi siklus estrusnya yang bertambah lama’, yaitu berkaitan dengan fungsi feromon. Ketika mencit betina sudah dikawinkan, salah satu praktikan mungkin memegang pejantan lain kemudian tanpa cuci tangan memengang mencit betina tersebut, sehingga estrus lagi. Sebenarnya percobaan kami belum gagal, hanya waktu yang lebih banyak dibutuhkan. Karena menurut metode leeboot effect, metode ini diloakukan pada betina yang sedang partus.

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Lee-Boot effect adalah suatu cara atau metode perpanjangan siklus estrus tikus dewasa dan hewan pengerat lainnya. Mencit adalah hewan yang berkembang biak sepanjang tahun, agar menjadi produktif maka banyak hal yang harus kita perhatikan. Mulai dari pakan, minum kandang dan lingkungan sekitar agar produktifitasnya maksimal.

Dengan leeboot effect kita akan memperoleh hasil yang berlipat dibanding dengan metode perkawinan secara normal. Leboot effect memudahkan kita untuk melakukan breeding secara efektif. Menghemat waktu, menghemat pakan dengan produksi berlipat. Jadi leeboot effeck ini cocok untuk mengejar pesanan.

DAFTAR PUSTAKA

Soesanto, Mangkoewidjojo.1988. Pemeliharaan, Pembiakkan dan Penggunaan Hewan Percobaan di daerah tropis. Penerbit Universitas Indonesia : Jakarta

Helmi, Arifin. 2007. Pengaruh Pemberian Vitamin C terhadap fetus pada Mencit Diabetes, Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Andalas.

Posted by: Wheda Asmara Putra, wordpress.com

Edy, Meiyanto. 2007. Efek komperatif ekstrak etalonik Gynura Procumbens (Lour), Merr pada karsinogenesis kanker payudara tikus. Majalah Farmasi Indonesia.